Jakarta, 06 November 2015 – The Roundtable of Sustainable Palm Oil (RSPO), hari ini, meluncurkan studinya yang pertama mengenai persepsi konsumen terhadap produk kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia. Studi ini menunjukkan bahwa pemahaman konsumen Indonesia tentang dampak kelapa sawit terhadap lingkungan dan masyarakat masih sangat rendah. Namun meskipun tingkat kesadaran konsumen masih rendah, 27% dari responden atau setara dengan 7,9 juta konsumen Indonesia menyatakan siap mendukung dan beralih ke produk kelapa sawit berkelanjutan, jika tersedia. Mereka mengklaim bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk produk tersebut.
tefano Savi, Global Outreach and Engagement Director RSPO, mengatakan: "RSPO percaya bahwa konsumen di hilir memainkan peran yang sangat penting dalam mendorong perubahan yang lebih besar terhadap pemanfaatan kelapa sawit berkelanjutan. Dari temuan studi ini, terlihat bahwa pada dasarnya konsumen Indonesia terbuka dalam membahas lebih lanjut terkait kelapa sawit berkelanjutan dan ini merupakan momentum yang tepat untuk memulai pembicaraan dengan mereka. Kami berharap studi ini dapat membantu para pemangku kepentingan terkait untuk menciptakan pendekatan komunikasi terbaik dengan konsumen dalam rangka meningkatkan kesadaran dan keterlibatan mereka dalam mendukung produk kelapa sawit berkelanjutan."
Kelapa sawit merupakan komoditas yang sangat populer digunakan dalam banyak produk konsumen seperti minyak goreng, margarin, cokelat, es krim, sabun, kosmetik dan bahan bakar untuk mobil serta pembangkit listrik. Sayangnya ketika konsumen ditanya tentang hal pertama yang dipikirkan mengenai kelapa sawit, mereka hanya bisa mengenalinya sebagai minyak goreng.
Selanjutnya selama proses studi tersebut, konsumen ditanya mengenai kelapa sawit dari berbagai sudut pandang. Salah satu temuan yang paling menarik adalah bahwa konsep kelapa sawit berkelanjutan (sustainable palm oil) sulit dimengerti oleh konsumen. Dalam penyampaiannya, konsep ini, dengan ketiga pilarnya yaitu people, planet dan profit, perlu dibongkar dan disampaikan secara terpisah dan berfokus pada isu spesifik seperti deforestasi, gambut, dan hak-hak masyarakat adat, menurut rekomendasi studi tersebut.
Ketika ditanya siapa yang dianggap paling bertanggung jawab dalam mempromosikan dan memastikan ketersediaan produk kelapa sawit berkelanjutan, responden merasa bahwa selain pemerintah dan pemilik perkebunan kelapa sawit, produsen barang-barang konsumen juga memainkan peran penting dalam hal ini. Konsumen juga berpendapat bahwa sosialisasi logo kelapa sawit berkelanjutan pada kemasan barang-barang konsumen akan membantu mereka mengidentifikasi mana produk kelapa sawit berkelanjutan dan sebaliknya.
Studi ini dilakukan dari Mei hingga Agustus 2015 dengan bekerja sama dengan Daemeter Consulting dan berfokus pada wanita dewasa sebagai pemegang keputusan belanja rumah tangga dari kelas menengah dan atas di kota-kota besar. Studi kualitatif dilakukan melalui observasi di rumah, wawancara mendalam dan forum diskusi di Jakarta, Surabaya, Medan dan Pekanbaru. Survei konsumen sebagai studi kuantitatif melibatkan 700 responden wanita sebagai sampel utama dari berbagai kota di Indonesia, yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Untuk mendapatkan informasi lebih jauh dan mengunduh laporan lengkap dan Ringkasan Eksekutif dari studi tersebut, kunjungi www.rspo.org dan www.daemeter.org.
RSPO Dukung Kampanye WWF #BeliYangBaik
Sebagai bagian dari inisiatif RSPO dalam meningkatkan kesadaran konsumen terkait kelapa sawit berkelanjutan, RSPO mendukung WWF Indonesia di kampanye #BeliYangBaik. Kampanye ini mengajak konsumen untuk lebih bijaksana dalam membeli produk yang lebih ramah lingkungan dan berberikan perubahan yang positif terhadap gaya hidup mereka. Beberapa kegiatan dalam kampanye ini antara lain Festival #BeliYangBaik yang diadakan di Bintaro Exchange Mall, talkshow #BeliYangBaik dan Kelapa Sawit Berkelanjutan, roadshow kampus dan lomba karya tulis.
Lomba karya tulis diselenggarakan pada awal bulan Oktober 2015, mengajak masyarakat Indonesia untuk berbagi pendapat, pikiran atau pengalaman mereka tentang peran apa yang bisa dilakukan konsumen dalam mendukung kelapa sawit berkelanjutan. Peserta harus mengumpulkan tulisannya di blog atau di forum online. Terdapat lebih dari 213 posting yang mengikuti kompetisi ini dari total 299 orang yang telah terdaftar. Adapun para pemenang lomba karya tulis ini antara lain Sem Sahala Purba dari Bali dengan karya tulis berjudul “Sawit: Antara Cinta, Benci dan Solusi”; Maharddhika dari Bogor “Jalan Sunyi Sawit Lestari”; dan Ira Guslina Sufa dari Depok “Mama Bijak #BeliYangBaik, untuk Konsumsi Keluarga Terbaik.”
Kontak Media:
Dhiny Nedyasari, Indonesia Communication Manager, RSPO
T: +62818 740 121, [email protected]
Mario, VaryaCom
T: +62856-9573-9037, [email protected]
Tentang RSPO
Sebagai respon terhadap panggilan global yang mendesak terhadap produksi kelapa sawit berkelanjutan, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dibentuk pada tahun 2004 dengan tujuan untuk mempromosikan pertumbuhan dan penggunaan produk kelapa sawit berkelanjutan melalui standar global yang kredibel dan keterlibatan para pemangku kepentingan. Kantor pusat RSPO bertempat di Zurich, Swiss, sedangkan sekretariatnya saat ini berkantor di Kuala Lumpur dengan kantor perwakilan di Jakarta, London dan Zoetermeer (NL).
RSPO merupakan asosiasi nirlaba yang menyatukan berbagai pemangku kepentingan dari tujuh sektor industri kelapa sawit - produsen kelapa sawit, pengolah kelapa sawit atau pedagang, produsen barang-barang konsumen, pengecer, bank dan investor, LSM konservasi lingkungan atau alam dan LSM sosial - untuk mengembangkan dan menerapkan standar global untuk kelapa sawit berkelanjutan.
Representasi multi-stakeholder ini tercermin dalam struktur organisasi RSPO dimana kursi Dewan Eksekutif dan Kelompok Kerja diisi oleh perwakilan dari tiap sektor. Dengan cara ini, RSPO menghidupkan filosofi "meja bundar" dengan memberikan hak yang sama kepada setiap kelompok pemangku kepentingan untuk membawa agenda kelompok ke meja bundar, memfasilitasi para pihak yang secara umum berseberangan serta pesaing bisnis untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama dan membuat keputusan bersama.